Tehnologi tepat guna adalah suatu yang berhubungan dengan pandangan yang? menggambarkan fakta-fakta dari masyarakat dan tehnologi.? Hal tersebut memberikan? kesan bahwa tehnologi itu tidak netral. Hal itu juga mengakui bahwa perbedaan budaya dan kelompok-kelompok dalam suatu wilayah akan mempunyai tehnologi berbeda yang tepat guna untuk lingkungan mereka. (Ken Darrow, 1995)

Kriteria Tehnologi Tepat Guna bagi perempuan dirumuskan oleh Elisabeth Coppinger (1979) : “Appropriate technology deals wits issues of local control….to allow people and communities to have power to decided what is appropriate for them. Appropriate technology promotes energy conservation and the use of renewal resources: local food production….local economic control… (In) order to be truly appropriate, something must be appropriate for everyone….if it’s not appropriate for women, it’s not appropriate. It’s not appropriate for poor people, for minorities, it’s not appropriate, it’s simply passing the oppression on from one group to another”. (Iwan, 2002)

Sedangkan menurut Darrow (1995) kriteria Alat-alat dan tehnik-tehnik yang berkaitan dengan tehnologi tepat guna adalah :

1. Biaya kapital yang murah

2. Menggunakan material lokal bilamana memungkikan

3. Menciptakan pekerjaan, lapangan kerja di tingkat lokal dan tenaga kerja.

4. Cukup kecil ukurannya, yang mampu dilakukan oleh kelompok kecil

5. Bisa dimengerti, dikontrol dan di jaga oleh mereka, jika memungkinkan, tanpa dengan pendidikan yang tinggi.

6. Bisa di produksi oleh mereka diluar jika tidak mungkin di desa itu sendiri.

7. Mendorong orang untuk bisa dan akan bekerja bersama secara kolektif sehingga membawa peningkatan dalam masyarakat mereka. Pengakuan bahwa pengambilan keputuan penting dibuat oleh kelompok dari pada dibuat oleh individual.

8. Termasuk desentralisasi sumber daya energi yang bisa diperbaharui

9. Membuat tehnologi terpahami oleh masyarakat yang akan menggunakan dan juga ide-ide yang bisa digunakan untuk inovasi yang lain.

10. Fleksibel sehingga bisa kontinyu digunakan atau diadaptasi dengan berbagai perubahan di lingkungannya

11. Tidak termasuk paten, royalty, fee konsultan, tugas-tugas import, biaya kapal dll. Perencanaan praktis yang bisa didapatnya secara gratis atau biaya yang murah.

Istilah “Technology Tepat Guna” memang problematis, karena ketepatan pilihan suatu tehnologi sangat tergantung pada kondisi kemasyarakatan dan karakter lokal tertentu, tidak bisa dipersamakan secara umum. Kesulitan lain tehnologi tepat guna seringkali lebih mengacu pada kepentingan laki-laki. Perempuan usaha kecil harus menentukan sendiri tehnologi mana yang epat untuk memenuhi kebutuhannya, dengan mempertimbangkan segala ketebatasan yang masih ada. Semakin banyak tersedia pilihan tenologi yang tersedia, semakin mungkin bagi perempuan usaha kecil untuk menentukan pilihan tehnologi yang tepat. (Sudrajat, 2002)

PENERAPAN TEHNOLOGI TEPAT GUNA DAN DAMPAKNYA PADA PEREMPUAN USAHA KECIL

Dari pengalaman diberbagai negara, keberhasilan penerapan tehnologi tepat guna sangat ditentukan pemenuhan prasyarat-prasyarat sbb (Sudrajat,2002)

Pilihan bentuk tehnologi tepat guna harus ditentukan oleh dan berdasarkan kesadaran kelompok perempuan itu sendiri.

  • Pilihan bentuk tehnologi tepat guna tidak bertentangan dengan adat, kebiasaan, agama dan nilai-nilai social budaya yang ada dalam masyarakat.
  • Pilihan bentuk tehnologi tepat guna mempertimbangkan pola pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yang telah terstruktur dalam masyarakat.
  • Pilihan tehnologi tepat guna harus sesuai dengan lingkungan dan kapasitas sumberdaya yang ada di dalam masyarakat.
  • Pilihan bentuk tehnologi tepat guna harus menjamin keberlanjutannya, bagi dari sesugi penyediaan material dan suku cadang, pengelolaan, perawatan dan pemasaran hasil.
  • Pilihan bentuk tehnologi tepat guna harus menjamin keamanan, keselamatan,dan kesehatan pengguna dan masyarakat pada umumnya.
  • Pilihan bentuk tehnologi tepat guna mempunyai peluang utnuk ditingkatkan mutu dan kapasitasnya secara bertahap.

Penerapan tehnologi tepat guna disatu sisi bisa memberikan peluang, tapi disisi yang lain juga bisa menjadi ancaman. Tehnologi bisa menjadi peluang untuk meningkatkan bisnis yang dimiliki oleh perempuan, untuk meningkatkan produksi, untuk perubahan atau produk baru, atau meningkatkan kualitas produk lebih baik. Seperti meningkatnya? keuntungan? dan meningkatkan keamanan dan atau otonomi perempuan. Ini beberapa pandangan dari tehnologi sebagai peluang untuk memenuhi kebutuhan gender yang telah banyak dadopsi oleh berbagai proyek pembangunan. Strategi untuk menggunakan peluang ini termasuk inovasi, transfer tehnologi dan desiminasi atau memanfaatkan tehnologi untuk kebutuhan perempuan.(Evert, 1998)

Pengaruh negatif dari tehnologi untuk perempuan usaha kecil seringkali tidak secara langsung. Tehnologi tidak diambil dengan kesadaran oleh perempuan, perubahan tehnologi dari lingkungan yang lebih luas juga merugikan mereka. Sebagai contoh: tehnologi produksi baru yang dikenalkan di negara kaya akan mengancam usaha dari perempuan di dunia ketiga. Secara sungguh-sungguh, sektor yang dimasuki akan kehilangan pasar, karena barang yang lebih baik dan lebih murah.(Evert,1998)

Kasus lain sebagai contoh bagaimana tehnologi itu merugikan perempuan adalah pengalaman salah satu NGO yang mendampingi perajin.

Di satu desa, di sebuah kota di Jawa Barat, mayoritas kegiatan usaha yang dilakukan ibu-ibu adalah membuat kerajinan bambu yang telah dilakukannya secara turun menurun. Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan NGO tersebut, produk bambu tidak layak untuk produk eksport. Dan itu dilakukan perencanaan bersama untuk mengenalkan produk baru yaitu membuat peralatan rumah tangga dari kayu, dimana mulai dikenalkan tehnologi tepat guna. Pelatihan dilakukan d balai desa selama 5 hari full.Ternyata yang bisa mengikuti pelatihan adalah bapak-bapak. Dari kerajinan perlatan rumah tangga itu memang memberkan keuntungan yang jauh lebih besar cdari pada kerajinan bambu. Tetapi dibalik program tersebut ternyata telah terjadi proses peminggiran pada peremouan karena perempuan tidak lagi mempunyai kegiatan usaha karena kegiatan usaha tersebut beralih pada laki-laki.

IV. FEMINIS DAN TEHNOLOGI TEPAT GUNA

Pandangan Feminis terhadap Tehnologi

Perdebatan epistimologi dan ontologis mengenai ideology tehnologi, yaitu mengenai apakah tehnologi itu ‘netral’ atau permuatan ‘ideologies’ sampai saat ini masih berlangsung. Di satu sisi ada pandangan bahwa tehnologi sebagai kumpulan mesin, alat atau tehnik yang tidak ada hubungannya dengan ‘ideologi’. Disisi lain ada yang berpendapat bahwa tehnologi merupakan sebuah alat yang digunakan oleh kelompok social tertentu untuk membangun’kekuasaan’, memenuhi ‘kepentingan’, menanamkan ‘nilai-nilainya’ sehingga tidak lagi netral. (Jurnal Perempuan, 2001).

Tujuan-tujuan social, politik dan cultural tersebut melekat dalam desain tehnologi itu sendiri. Sebagaimana di kemukakan oleh Neil Postman di dalam : Technopoly: The Surrender of Culture to technology. Menurutnya sekali tehnologi diterima oleh masyarakat, ia akan menanamkan nilai-nilai yang didesain untuknya. Tehnologi dapat meciptakan “monopoli pengetahuan’ oleh kelompok dominan di dalam masyarakat, yang dengan kekuasaannya mengucilkan kelompok-kelompok marjinal yang tidak mempunyai akses kedalamnya, misalnya kelompok perempuan dan anak-anak. Tehnologi yang tidak mempertimbangkan kelompok-kelompok sosial secara menyeluruh, khususnya kelompok marjinal—dapat memberikan andil bagi penciptaan makna-makna ketidak adilan sosial, marjinalisasi atau represi. Tehnologi yang tidak demokratis menciptakan ketimpangan, sifat pasif dan aliensi (Jurnal Perempuan,2001)

Bagaimana pandangan-pandangan kalangan feminis melihat keberadaan tehnologi ini? dalam kehidupan mereka,? Menurut Carol A. Stabile, dalam bukunya Feminis and Technology Fix, respon dan rekasi kalangan feminis terbagi dalam dua kubu yaitu :

Pertama, kalangan feminis yang sangat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan esensialis atau ekologis. Kubu ini memiliki kecenderungan untuk menjadi teknophobia, memandang tehnologi sebagai sesuatu yang bergerak dan bekerja dimana dalam operasinya ia akan semakin memisahkan kalangan perempuan dari alam. Tehnologi yang sangat patriakal dalam orientasinya, menurut mereka, akan mengubah ide-ide, nilai-nilai dan tingkah laku yang bekerja dalam harmoni dengan alam menjadi bergandengan tangan dengan prinsip-prinsip maskulin yang sarat dengan dominasi dan penguasaan. Bagi mereka tawaran tehnologi yang akan membebaskan perempuan dari ketidak adilan gender dasarnya hanya utopis.

Kubu ke dua, melihat bahwa tehnologi bisa jadi memang membebaskan kalangan perempuan dari berbagai pekerjaan domestik dan bahkan bisa memudahkan perempuan meningkatkan karier dalam dunia kerja, pendidikan dan intelektual.

Berkaitan Tehnologi Tepat Guna untuk perempuan usaha kecil, dua pandangan tersebut diatas masih relevan, bahwa tehnologi tepat guna disatu sisi bisa? memungkinkan utnuk membebaskan perempuan usaha kecil. Tapi disisi yang lain juga bahwa tehnologi tidak akan mampu untuk membebaskan perempuan, yang terjadi justru mengukuhkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Karena banyak tehnologi untuk perempuan yang justru lebih mengukuhkan perannya di domestik, tehnologi tidak bisa untuk mendorong terjadinya pedistribusi peran, sehingga peran domestik tidak hanya menjadi tanggung jawab perempuan.

Pandangan ini sejalan dengan pandangan yang di dalamnya terkandung paling tidak ada tiga hal : Pertama : ada anggapan atau keyakinan masyarakat secara umum bahwa perempuan usaha kecil tidak terlalu akrab dengan tehnologi, atau gagap tehnologi. Ke dua, Berbagai tehnologi tepat guna dalam penggunaannya? masih bias gender. Kita sering menyaksikan ada tehnologi yang dianggap lebih pas untuk laki-laki adalah misalnya gergaji listrik, bengkel, sedangkan yang dianggap sesuai dengan perempuan adalah peralatan salon, rice cooker. Apalagi kalau kita berbicara juga tentang tehnologi domestik dengan target pasar yang bias gender. Disatu sisi perempuan menjadi target pasar, selalu dilihat hanya sebagai pemakai dan konsumen, sementara itu disisi yang lain laki-laki memainkan peranannya sebagai pencipta dan perancang tehnologi. Atas dasar itu juga , gambaran lain : ke tiga keyakinan bahwa sebetulnya posisi perempuan biasanya Excluded dari persoalan2 tehnologi.

V. TEHNOLOGI TEPAT GUNA YANG MEMBEBASKAN PEREMPUAN USAHA KECIL

Bagaimana Tehnologi tepat guna bisa membebaskan perempuan? pertanyaan ini mudah diucapkan tetapi sungguh sangat sulit untuk dijawab. Apakah indikatornya bahwa tehnologi tepat guna itu bisa memberdayakan atau membebaskan perempuan ;

Kita bisa mengawali pembahasannya dari Pertama : Analisis kebutuhan perempuan, karena perempuan mempunyai kebutuhan khusus yang berbeda dengan laki-laki, bukan saja karena peran rangkat tiga mereka (Triple roles), tapi juga karena posisis subordinat perempuan terhadap laki-laki. Kerangka Moser membedakan antara dua tipe kebutuhan perempuan yaitu Kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender (diadaptasi dari ide perhatiam Molyneux).

Yang disebut dengan kebutuhan praktis gender adalah kebutuhan-kebutuhan yang didentifikasi untuk membantu perempuan karena posisi subordinat mereka dimasyarakat. Kebutuhan praktis gender adalah kebutuhan yang iidentifikasi dari peran-peran yang diterima secara sosial oleh masyarakat. Kebutuhan praktis gender tidak menentang pembagian kerja gender atau posisi subordinat perempuan di dalam masyarakat. Ini merupakan respon terhadap kebutuhan yang dirasa yang diidentifikasi dalam konteks yang spesifik. (Asppuk,2000)

Sedangkan kebutuhan srategis gender adalah kebutuhan yang diidentifikasi untuk mengubah relasi subordinasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan Strategis perempuan adalah kebutuhan yang diidentifikasi karena posisi subordinat mereka terhadap laki-laki di dalam masyarakat. Kebutuhan strategis? gender bervariasi tergantung pada konteks tertentu. Kebutuhan yang terkait dengan pembagian kerja gender, akses dan kotrol dan termasuk isu-isu terhadap hak-hak hukum, kekerasan domestik dan kontrol mereka terhadap tubuh. Pemenuhan kebutuhan strategis gender akan membantu perempuan untuk mencapai kesetaraan yang lebih besar. Hal ini juga akan mengubah peran streotipe yang berlaku dan karenanya menentang posisi subordinat perempuan.

Dengan menggunakan analisis kebutuhan perempuan, kita bisa mengidentifikasi bahwa tehnologi tepat guna yang membebaskan haruslah juga memenuhi tidak hanya praktis gender tetapi juga kebutuhan strategis gender. Sehinggaa yang paling penting dalam kaitannya dengan tehnologi tepat guna adalah bagaimana perempuan mempunyai kesadaran kritis akan posisinya yang subordinat sehingga tehnologi tepat guna yang dikenalkan pada perempuan dibarengi dengan proses membangun kesadarabn kritis pperempuan. Misalnya : Pelatihan penyadaran gender dan pengenalan Tehnologi tepat guna sehingga perempuan melalui tehnologi tepat guna yang ada bisa mulai menyoal posisi subordinatnya dihadapan laki-laki di masyarakat.

Ke dua, dengan menggunakan kerangka Pemberdayaan perempuan dari Sarah Longwe, kita bisa senantiasa sensitif baik pada saat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program untuk melihat tehnologi tepat guna yang kita kenalkan untuk perempuan tersebut apakah memang memberdayakan perempuan. menjawabpemberdayaan dilevel mana? Sarah mengartikan Pemberdayaan Perempuan adalah memberdayakan perempuan untuk mempunyai posisi yang sama dengan laki-laki dan berpartisipasi secara secara setara dalam pembangunan guna mencapai kontrol (penguasaan) terhadap faktor-faktor produksi diatas landasan yang sama dengan laki-laki. Kerangka ini juga mendefinisikan pembangunan adalah peduli untuk memberdayakan rakyat untuk menangani hidup merek asendiri, serta keluar dari kemiskinan yang disebabkan oleh eksploitasi dan penindasan dan bukan karena ketiadaan produktifitas. Kerangka ini juga mengenalkan 5 level kesetaraan sebagai dasar untuk menilai tingkat pemberdayaan perempuan. 5 level tersebut adalah :

· Kesejateraan

· Akses

· Kesadaran kritis

· Partisipasi

· Kontrol.

Dengan kerangka pemberdayaan tersebut kita bisa mengidentifikasi apakah tehnologi tepat guna untuk perempuan usaha kecil tersebut menjawab tingkat pemberdayaan perempuan yang mana.




Most Visited:

  • Technology Tepat Guna
  • Komputer dan Internet
  • Karya ilmiah Remaja
  • Planet
  • Religi